Minggu, 09 Januari 2011

LPI Tak Gentar Digertak FIFA

LPI Tak Gentar Digertak FIFA

Minggu, 9 Januari 2011 - 6:24 WIB
LPI Tak Gentar Digertak FIFA SOLO (Pos Kota) – The show must go on! Pertunjukkan tetap jalan terus meski FIFA (Federasi Sepakbola Dunia) menggertak bakal menjatuhkan sanksi terhadap LPI (Liga Primer Indonesia) yang berani memutar roda kompetisi tanpa restu dari PSSI.  LPI memang telah mementaskan pertandingan antara Solo FC melawan Persema Malang di Stadion Manahan, Solo, Sabtu (8/1), dengan kemenangan Persema 5-1.
Ancaman FIFA sebetulnya salah alamat. LPI tidak ada hubungannya dengan federasi sepakbola dunia itu. FIFA seharusnya menegur PSSI untuk menindak LPI karena memutar kompetisi tanpa restunya.
Direktur Keanggotaan dan Pengembangan FIFA, Thierry Regenass sehari sebelumnya dari Doha, Qatar, mengatakan, akan memberi sanksi kepada LPI jika jadi bergulir. Namun Thierry tidak menyebutkan sanksi apa yang bakal dijatuhkan.
Pengagas kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI) Arifin Panigoro pun tidak keder dengan ancaman itu. Ia  menegaskan, LPI akan jalan terus. “Pasti jalan terus, tidak ada masalah,” kata dia seusai menyaksikan pertandingan perdana LPI antara Persema Malang versus Ksatria XI Solo FC di Stadion Manahan Solo, Sabtu (8/1) sore.
Dia menuturkan LPI merupakan liga reformasi yang memandirikan klub-klub menuju industri sepak bola di Indonesia. LPI mendorong sepak bola sebagai lahan bisnis yang menguntungkan sehingga menarik perusahaan-perusahaan besar untuk terlibat di dalamnya.
Arifin yakin selain kemajuan industri, LPI juga dapat meningkatkan prestasi sepak bola Indonesia. Seperti diketahui, sudah 20 tahun ini sepak bola Indonesia tanpa prestasi yang membanggakan.
KEGAGALAN
Menurut dia, prestasi tertinggi yang diperoleh antara lain medali emas SEA Games 1991 Manila, Filipina. Setelah itu, Indonesia hanya mendapatkan kegagalan demi kegagalan, termasuk turnamen AFF Cup 2010.
Faktor utamanya, kata dia, adalah karena adanya penurunan prestasi. Penyebabnya antara lain buruknya kompetisi sepak bola di Tanah Air yang kehilangan kredibilitas dan tidak adanya pembinaan usia muda yang berjenjang dan berkelanjutan. Bahkan, lanjut dia, banyak klub dibiayai menggunakan APBD.
“Sepak bola profesional tidak boleh menggunakan uang rakyat atau APBD,” katanya Sementara itu juru bicara LPI Abi Hasantoso menjelaskan kalaupun ancaman FIFA terjadi pihaknya tidak akan takut.
“Kami tidak perlu takut karena kami tidak berbuat salah. Jika FIFA memberi ancaman  itu artinya FIFA juga sudah peduli. Tinggal bagaimana  menjelaskan  kepada FIFA dengan seterang-terangnya,” kata Abi.
Seperti diberitakan, LPI hadir sebagai respon dari Kongres Sepakbola Nasional di Malang, April 2010. Bentuk nyatanya adalah  partisipasi publik, seperti Arifin Panigoro menggelar kompetisi LPI tanpa menggunakan dana APBD.
Sebanyak 19 klub berpartisipasi dalam kompetisi tersebut. Di antaranya, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, PSM Makassar, SOlo FC maupun klub-klub lainnya di luar Jawa, Aceh, maupun Sumatera Utara.
PESTA RAKYAT
Menanggapi bergulirnya kompetisi LPI, Ketua Program Pascasarjana Universitas Syarif Hidayatulah, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat yang hadir menyaksikan dalam kapasitas sebagai warga, mengatakan, LPI merupakan satu outlet (etalase) tambahan untuk pesta raykat.
Kehadiran LPI, kata Hidayat, merupakan dukungan untuk bersaing dalam meningkatkan mutu. “Yang namanya monopoli kurang bagus, lihat saja  televisi tidak bagus kalau monopoli, kalau bersaing mereka pasti berbenah untuk meningkatkan mutu,” kata dia.
Karena itu, lanjut Komaruddin Hidayat, kehadiran LPI dalam kancah sepakbola nasional merupakan kebanggan rakyat. Lebih dari  200 juta masyarakat potensial untuk diciptakan menjadi pemain sepakbola. Karenanya, momentum inii harus dijadikan sebagai  kebangkitan sepakbola Indonesia. “Bagi saya, silahkan ISL maju terus, PSSI maju terus, dan LPI maju terus,” kata dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar